Syaikh Shalih Al-Ushaimi pun menangis karena realita kita bersama Al-Qur’an
Syaikh Shalih Al-Ushaimi pun menangis karena realita kita bersama Al-Qur'an
Thu, 19 September 2024 2:30
Screenshot 2024-09-19 092958

Apa pun perkara berita atau perintah, yang ingin kamu ketahui kebenarannya dan melihat kejelasannya, maka sumber untuk penjelasannya adalah Al-Qur’an, baik mengenai hal-hal yang sudah terjadi maupun yang baru terjadi. Perkara-perkara yang telah lalu penjelasannya ada dalam Al-Qur’an dengan sebenar-benarnya, larangan atau perintah, baik dalam hal berita maupun permintaan. Begitu pula dengan perkara-perkara yang baru muncul, penjelasannya ada dalam Al-Qur’an.

Namun, yang terpenting adalah sejauh mana seseorang benar-benar menghadap kepada Al-Qur’an. Barang siapa yang mendekat kepada Al-Qur’an dengan hati yang dipenuhi oleh cinta kepada firman Allah, dan lidahnya lentur oleh Al-Qur’an karena sering membacanya, maka akan memancar darinya pemahaman. Orang yang banyak membaca Al-Qur’an, menghafalnya, merenungkannya, dan mendengarnya berulang-ulang, akan tampak baginya makna-makna yang tidak tampak bagi orang lain.

Berkata Ibnu Wahb, yaitu Abdullah bin Wahb bin Muslim al-Mishri, sahabat Imam Malik: “Kami sering terheran-heran dengan cara Malik mendulang ilmu dari Al-Qur’an, dan kami merasa takjub dengan cara istinbath (pengambilan hukum) dan kekuatan Malik dalam menyebutkan makna ayat yang ia sebutkan.” Kami bertanya kepada saudarinya, dan ia berkata: “Jika Malik sudah masuk ke dalam rumah, tidak ada kesibukan lain baginya selain Al-Qur’an.”

“Jika Malik sudah masuk ke dalam rumah, tidak ada kesibukan lain baginya selain Al-Qur’an.”

Mereka, semoga Allah merahmati mereka, sangat berinteraksi dengan Al-Qur’an, menikmati membacanya, merasa cukup dengannya, menghafalnya, memahaminya, dan merenungkannya. Sementara kini kita, sering kali memiliki banyak buku yang dianggap sebagai sumber ilmu, dan memang demikian jika diambil dengan benar, dan banyak membaca kitab-kitab tersebut, namun sering kali porsi Al-Qur’an dalam hidup kita menjadi berkurang.

Di rumah Abu Bakr bin Ayyash ada sebuah sudut yang menghitam karena banyak dan seringnya ia membaca Al-Qur’an bersandar ditempat itu. Suatu waktu beliau tatkala sedang sakaratul mau maka saudarinya merasa sedih dan cemas, maka ia menegurnya dan berkata: “Aku sudah mengkhatamkan Al-Qur’an di sudut ini lebih dari 50.000 kali.”

Oleh sebab itulah, mereka memiliki ilmu yang sempurna, akhlak yang luhur, keyakinan yang benar, dan akal yang bijak, yang tidak dimiliki oleh generasi setelahnya. Mereka telah menemukan obatnya dan menekuninya kepadanya.

Maka siapapun, terutama penuntut ilmu, seharusnya merasa cukup dengan Al-Qur’an. Hal yang menakjubkan adalah bahwa para ulama dakwah Islahiyah (gerakan pembaharuan Islam), semoga Allah merahmati mereka, sangat menekankan pentingnya membaca Al-Qur’an ketika fitnah (ujian) turun. Ketika seseorang menghadapi fitnah, sebaiknya banyak membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah firman Allah, dan siapa yang membaca firman Allah, ia akan senang dengan kalamullah. Siapa yang senang dengan riman Allah, dia akan aman.

Ketika orang-orang berada dalam kegelisahan dan keributan yang menakutkan, ia akan berada dalam kedamaian dan ketenangan. Karena Allah, Maha mulia dan Maha Tinggi, memberinya rasa aman melalui Al-Qur’an. Maka Allah mendekat padanya dan memberikan padanya bagian besar dari rasa aman. Barang siapa yang bersendirian dengan Allah, Allah akan memberinya Karunia.

Ketika Hasan al-Bashri ditanya: “Mengapa kami melihat wajah-wajah orang-orang yang mendirikan shalat malam bercahaya?” Hasan menjawab: “Karena mereka bersendirian dengan Allah dalam kegelapan malam, maka Allah memberi mereka Cahaya-Nya

Aku memohon kepada Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi agar memberi kita cahaya dari cahaya-Nya dalam hati, lisan, dan perbuatan kita.

sumber : https://www.youtube.com/watch?v=3TcEFGuegd0

Artikel dan Kajian
Berita
PSB
Home
Kontak
Cari